Saturday, 27 December 2014

Aktivis Islam Yogyakarta Ditangkap, Sepeda Motornya Raib di Tangan Densus 88



Sepeda motor itu raib setelah Abu Akhtar ditangkap Densus 88. Padahal bagi keluarga aktivis Islam ini, sepeda motor itu adalah satu-satunya harta yang paling berharga untuk aktivitas harian keluarga. Motor semata wayang itu pun baru dua bulan dibeli tunai dengan meminjam uang ongkos naik haji salah satu kerabatnya.
Setahun yang lalu, dua orang aktivis Islam warga Sleman Yogyakarta ditangkap Densus 88 di parkiran Hotel Inna Garuda Malioboro pada Jum’at tengah malam (9/8/2013). Tanpa disertai surat penangkapan, Abu Akhtar dan adik iparnya ditangkap dengan cara tidak manusiawi dengan tuduhan mengetahui perencanaan pemboman kantor Kedubes Myanmar di Jakarta.
Saat ditangkap, keduanya berboncengan bersama mengendarai motor Supra X 125/NF125D bernopol AA 4701 W.
Seminggu kemudian sang adik ipar dilepaskan dengan alasan tidak terbukti, sedangkan Abu Akhtar tetap ditahan. Surat penangkapan serta penahanan baru diberikan Densus 88 kepada keluarganya pada hari Jum’at tanggal 16 Agustus 2013.
Sampai berita ini diturunkan, sudah 15 bulan berlalu, tapi sepeda motor Abu Akhtar tak jelas rimbanya. Padahal sepeda motor yang baru dibeli itu adalah harta satu-satunya yang berharga untuk keperluan harian keluarga. Motor semata wayang itu pun baru dua bulan dibeli tunai dengan meminjam uang ongkos naik haji salah satu kerabatnya.
...Pasca penahanan sang suami, Ummu Akhtar hanya bisa tawakkal kepada Allah. Dengan kesibukan mengasuh balita kembarnya yang masih berusia 1,4 bulan, tidak mungkin ia melanjutkan usaha sang suami jualan keliling...
Menurut sejumlah saksi mata, termasuk security Hotel Inna Garuda, paska penangkapan di TKP ada tiga kendaraan bermotor yang dititipkan petugas Densus 88 di halaman hotel, termasuk motor Supra X 125 milik Abu Akhtar. Namun seminggu kemudian motor Supra X 125 milik Abu Akhtar sudah diambil petugas Densus 88. Anehnya,  hingga kini tidak diketahui di mana keberadaan motor itu.
Keluarga Abu Akhtar, baik istrinya maupun mertuanya sudah berusaha untuk mencari dan menanyakan kepada pihak Densus 88 tentang keberadaan motor yang raib tersebut, tapi menemui kebuntuan.
Seorang penyidik Densus 88 yang menangani kasus Abu Akhtar mengatakan bahwa motor tersebut tidak disita dan tidak dijadikan sebagai barang bukti oleh Densus 88. Untuk itu, ia mempersilahkan keluarga Abu Akhtar untuk mengambil motor miliknya itu di Yogyakarta.
Setelah setahun lebih dipingpong oleh Densus 88 soal keberadaan motor miliknya,  akhirnya istri Abu Akhtar meminta bantuan kepada Relawan IDC untuk mengurus dan mengambil harta satu-satunya miliknya. Karena keterbatasan tim, maka IDC bekerjasama dengan The Islamic Study and Action Centre (ISAC) untuk mengusut keberadaan motor yang raib di tangan Densus itu.
...Untuk menafkahi balita kembarnya, Ummu Akhtar mengandalkan penghasilan ayahnya yang berprofesi pembuat batu bata dengan penghasilan yang pas-pasan...
Istri Abu Akhtar pun kemudian membuat surat kuasa tertangal 24 September 2014, lengkap dengan berkas-berkas kepolisian  dan kronologi penangkapan suaminya.


SEPEDA MOTOR ITU BENAR-BENAR RAIB DI TANGAN DENSUS
Setelah mengantongi kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk mencari dan mengambil motor milik Abu Akhtar, Tim ISAC yang dipimpin oleh Endro Sudarsono (Sekretaris ISAC) mendatangi Polresta Yogyakarta dan Polda DIY, Kamis siang (16/10/2014).
Di  Polresta Yogyakarta, Endro langsung mendatangi Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrim).
“Maaf pak, kami dari ISAC ingin menghadap Pak Kasatreskrim. Kami mau menanyakan keberadaan motor Supra X 125 bernopol AA-4701-W milik Abu Akhtar yang ditangkap oleh Densus 88 di hotel Inna Garuda setahun yang lalu,” ujar Endro.
“Pak Kasat gak ada mas,” jawab salah satu petugas Reskrim Polresta Yogyakarta. “Wah, kalau soal itu langsung tanya aja ke Mabes. Di sini sudah tidak ada lagi Densus,” timpal salah satu anggota Reskrim lainnya.
Merasa dipingpong, Endro mengancam akan memperkarakan kasus ketidakjelasan motor itu, dan akan membeberkan kasus tersebut ke media massa. Akhirnya Purwanto, petugas Reskrim lainnya menerima dan melayani dengan baik.
Setelah berbicara panjang lebar, Purwanto mengajak Tim ISAC untuk melihat dan mengecek ke tempat barang sitaan dan penitipan barang bukti Ditreskrim Polresta Yogyakarta yang berada diluar ruangan. Ternyata motor Abu Akhtar tidak ada di Polresta Yogyakarta.
“Betul Pak, bahwa saat identifikasi penangkapan dua orang di Hotel Inna Garuda setahun lalu, yang melakukan identifikasi adalah Polresta Yogyakarta. Namun kami tidak pernah dititipi kendaraan apapun. Kalau kami diserahi atau dititipi, pasti ada surat serah terimanya,” jelas Purwanto.
...Densus 88 sudah ada indikasi tidak punya itikad baik untuk mengembalikan motor milik Abu Akhtar. Densus 88 sudah punya citra buruk saat melakukan aksinya. Kali ini ditambah dengan menghilangkan barang yang diambil dan dikuasai...
“Jadi yang ada disini inilah yang merupakan barang sitaan atau titipan dari pihak luar. Namun dari puluhan motor ini kan bapak tadi sudah mengecek dan motor tersebut tidak ada di sini. Jadi keberadaan motor itu sepenuhnya adalah tanggung jawab pihak Densus 88 pak, bukan kami,” lanjutnya.
Purwanto pun menyarankan Tim ISAC untuk mencari keberadaan motor milik Abu Akhtar ke Polda DIY.
Tak membuang waktu, Tim ISAC pun bergegas meninggalkan Polresta Yogyakarta sekitar pukul 13.00 WIB, menuju Polda DIY yang berada dikawasan ring road utara Yogyakarta.
Sekira pukul 13.30 WIB, Tim ISAC tiba di Polda DIY. Di ruangan Ditreskrim Polda DIY, Endro menyampaikan maksud kedatangannya sembari menunjukkan sejumlah dokumen untuk mencari dan mengambil motor milik Abu Akhtar. Agus, salah satu petugas Ditreskrim Polda DIY langsung mengantar Tim ISAC ke tempat barang sitaan dan penitipan barang bukti Ditreskrim Polda DIY.
Ternyata motor milik Abu Akhtar juga tidak ada. Agus menyarankan agar menghubungi pihak Densus 88 untuk menanyakan kepastian keberadaan motor tersebut. “Tadi bapak kan sudah mencari di Polresta Yogyakarta tidak ada, di sini juga tidak ada. Jadi baiknya sekarang bapak tanya langsung ke Densus,” saran Agus.
“Kalau pihak Densus cuma bilang, sana ambil di Yogyakarta, lha Yogyakarta inikan luas pak. Soalnya kami tidak pernah dititipi barang apapun, termasuk motor milik orang yang ditangkap Densus 88 di hotel Inna Garuda setahun lalu. Kalau ada titipan, pasti akan ada dokumen serah terimanya pak. Nah ini kami tidak tahu-menahu soal itu,” lanjut Agus.
“Sejak 2011 di Polda DIY sudah tidak ada lagi anggota Densus 88. Mereka semua sudah di pindahkan ke Polda Jateng dan Jatim. Dulu jika ada anggota Densus disini, jika ada masyarakat yang komplain bisa langsung berhadapan dengan Densus, nah sekarang mereka tidak ada disini,” ujar petugas Ditreskrim Polda DIY lainnya. ”Jadi kami pun kadang kewalahan mengahadapi komplain masyarakat dan elemen Islam, soalnya Densus 88 selalu bertindak sendiri diluar prosedur, keluar dari protap yang sudah ada dan tidak koordinasi dengan kami. Namun jika ada komplain, kami yang ada di daerah yang menjadi sasaran masyarakat. Padahal kami tidak tau menau,” tambahnya.
Endro pun meminta nomor kontak Kombes Pol Eddy Hartono selaku penyidik dan Kabid Investigasi Densus 88 yang menangani kasus Abu Akhtar agar bisa berkomunikasi secara langsung. Setelah mendapatkan nomor ponselnya, Endro berusaha menelpon tapi tidak diangkat, padahal nada panggilnya tersambung. Ia pun mengirim pesan singkat, tapi tidak dijawab juga.
Sebelum pulang, Endro menitipkan pesan kepada petugas Ditreskrim Polda DIY agar menyampaikan kedatangan Tim ISAC kepada Kasatreskrim Polda DIY dan pihak Densus 88.
“Tolong sampaikan kepada pak Kasat bahwa kami kesini sebagai langkah awal untuk mencari keberadaan motor Abu Akhtar selaku klien kami. Tolong sampaikan juga kepada pihak Densus 88, sebab sejak tadi saya SMS dan telpon belum direspon juga,” ujarnya.
“Jika motor milik klien kami yang kemarin diambil dan dikuasai Densus 88 setelah penangkapan tidak segera dikembalikan, maka kami akan mengambil langkah hukum. Kami akan menuntut pihak-pihak terkait karena telah menghilangkan barang bukti,” tegasnya.



KEPOLISIAN TIDAK PUNYA ITIKAD BAIK
Sebulan kemudian, salah seorang perwakilan Tim ISAC kembali menyambangi Polda DIY untuk menanyakan perkembangan sepeda motor yang dicari, apakah Polda DIY sudah menindaklanjuti dengan menanyakan kepada pihak Densus. Tapi jawabannya sama dengan sebulan yang lalu, alias disuruh menanyakan sendiri ke Mabes Polri di Jakarta.
Gagal menemukan keberadaan motor milik Abu Akhtar, Endro bertekad akan terus mengusut kasus hilangnya sepeda motor di tangan Densus itu. “Tadi kan sudah kita lihat bersama bahwa motor tersebut tidak ada di Polresta Yogyakarta dan Polda DIY, jadi kita tunggu saja respon dari mereka maupun Densus 88,” ujarnya kepada IDC.
Ia juga mengecam sikap Densus yang tidak punya itikad baik dalam menjaga barang bukti.
“Yang jelas, Densus 88 dalam kejadian ini sudah ada indikasi tidak punya itikad baik untuk mengembalikan motor milik Abu Akhtar. Jadi ini yang akan kami kejar terus. Densus 88 sudah punya citra buruk saat melakukan aksinya. Kali ini ditambah dengan menghilangkan barang yang diambil dan dikuasai. Ini perlu jadi catatan tambahan bagi kita,” lanjutnya.


http://www.infaqdakwahcenter.com/

Thursday, 25 December 2014

Terompet, Petasan, Kembang Api, dan Merayakan Tahun Baru Bukan Ajaran Islam

 
Kebiasaan sebagian ummat Islam ikut-ikutan merayakan Tahun baru dengan meniup terompet, menyalakan petasan dan kembang api, konvoi di jalanan, membakar ikan, jagung dan jenis makanan lainnya yang dikhususkaan untuk memperingati pergantian tahun , mengadakan pertunjukan musik dll.
Semuanya adalah perbuatan keliru dan tidak ada tuntunannya dalam Islam.

Tradisi meniup terompet ini pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir setan. Orang-orang Yahudi belakangan melakukan hal itu sebagai kegiatan ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan menghancurkan dunia. Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu perayaan tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet” pada tahun baru Taurat.

Bentuk terompet yang melengkung melambangkan tanduk domba yang dikorbankan dalam peristiwa pengorbanan Isaac (Nabi Ishaq dalam tradisi Muslim). Hal ini sangat berbeda dengan ajaran Islam yang menetapkan bahwa Nabi Ismail-lah, saudara Nabi Ishaq, yang diminta Allah untuk dikorbankan.

Bunyi terompet yang bersahut-sahutan biasanya belum lengkap jika tidak diikuti dengan pesta petasan dan kembang api. Sebagaimana membunyikan trompet, tradisi ini merupakan ritual untuk mengusir setan di dalam tradisi bangsa Cina. Selain itu, petasan juga dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan.

Perayaan Tahun Baru Masehi
Menurut English Wikipedia, perayaan tahun baru Masehi adalah :
"The Romans dedicated New Year's Day to Janus, the god of gates, doors, and beginnings for whom the first month of the year (January) is also named. After Julius Caesar reformed the calendar in 46 BC and was subsequently murdered, the Roman Senate voted to deify him on the 1st January 42 BC [1] in honor of his life and his institution of the new rationalized calendar [2]. The month originally owes its name to the deity Janus, who had two faces, one looking forward and the other looking backward. This suggests that New Year's celebrations are founded on pagan traditions."

[1] Warrior, Valerie M. (2006). Roman Religion. Cambridge University Press. p. 110. ISBN 0-521-82511-3
[2] Courtney, G. Et tu Judas, then fall Jesus (iUniverse, Inc 1992), p. 50.

Terjemahannya adalah :
"Orang-orang Romawi mendedikasikan hari perayaan Tahun Baru kepada Janus, dia adalah dewa segala pintu gerbang, pintu-pintu dan permulaan waktu yang mana namanya juga adalah nama dari bulan pertama dalam setahun, Januari. Setelah Julius Caesar menyusun sistem kalendar (Masehi) pada 46 BC dan ia dibunuh setelah itu, anggota Senat Romawi memutuskan untuk meresmikannya pada 1 Januari 42 BC untuk mengenang hidup Julius Caesar dan menghormati penyusunannya terhadap sistem kalender baru yang rasional. Bulan pertama didedikasikan pada nama dewa Janus yang mempunyai 2 wajah, 1 menghadap ke depan (mengindikasikan masa depan, pent) dan 1 menghadap ke belakang (mengindikasikan masa lalu, pent). Ini mengindikasikan perayaan Tahun Baru didirikan atas dasar kepercayaan pagan."

http://en.wikipedia.org/wiki/New_Year%27s_Day

 
Nama Dewa Janus tidaklah asing dalam kesusasteraan paganisme. Ia adalah sembahan kaum penyembah syaitan sejak zaman Yunani kuno. Sejarah pemuliharaan budaya penyembah syaitan ini pun sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) dan dikawal oleh kumpulan paganisme Freemason. Freemason sengaja menyuburkan budaya ini agar manusia bertauhid mampu mengalihkan perhatiannya dari agama kearah penyembahan satanisme.

Maka jika kita melihat perayaan tahun baru, maka di situlah kita dapat melihat nilai-nilai Yahudi di dalamnya. Meniup trompet misalnya, terompet adalah alat ciptaan Yahudi. Budaya meniup trompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi ketika menyambut kedatangan Rosh Hasanah atau tahun baru Taurat yang jatuh pada bulan ketujuh atau tarikh 1 bulan Tishri dalam kalendar Ibrani kuno

Hal ini pun terpampang dalam Alkitab Imamat 23; 24
"Katakanlah kepada orang-orang Isra'el, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari cuti penuh yang diperingati dengan meniup terompet, yakni hari pertemuan kudus" (Imamat 23:24)


Pada malam tahun baru, masyarakat Yahudi melakukan muhasabah diri dengan tradisi meniup shofarot sebuah alat musik jenis trompet. Bunyi Shofarot adalah sama bunyinya dengan terompet kertas yang dibunyikan kebanyakan penyambut di malam Tahun Baru.
Sebenarnya Shofarot sendiri dikelaskan sebagai trompet. Terompet dianggarkan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum Masihi. Pada awalnya, alat musik jenis ini digunakan untuk keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam ketentaraan ketika berperang. Kemudian terompet dijadikan sebagai alat musik pada masa pertengahan Renaisance hingga kini.
Tidak seperti tradisi dalam agama dan kebudayaan lain, Islam tidak pernah menjadikan tahun baru sebagai sebuah hari raya, termasuk tahun baru Hijriah sekalipun.

Meski di Indonesia, tahun baru Hijriah merupakan hari libur nasional, tetapi kedudukannya tetaplah bukan hari raya. Jika Islam sendiri tidak pernah merayakan tahun baru, maka mengapa umat Islam turut pula merayakan perayaan yang sebenarnya merupakan tradisi agama-agama lain?

Bukankah Nabi shallallahu alaihi wasallam. telah mengingatkan bahwa mereka yang ikut-ikut tradisi suatu kaum, maka ia termasuk dalam golongan kaum itu?

Saudaraku.....betapa banyak uang yang terbuang dan terbakar sia-sia  di angkasa di malam tahun baru....

Rayuan Setan Dalam Pacaran


Para pembaca yang budiman, ketika seseorang beranjak dewasa, muncullah benih di dalam jiwa untuk mencintai lawan jenisnya. Ini merupakan fitrah (insting) yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah taala berfirman yang artinya, Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan terhadap perkara yang dinginkannya berupa wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenagan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran: 14)
Adab Bergaul Antara Lawan Jenis
Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan manusia, bagaimana pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah:

1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman yang artinya, Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendahlah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. an-Nur: 30). Allah juga berfirman yang artinya,Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. an-Nur: 31)

2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari & Muslim)

3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu anha berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin). (HR. Bukhari).

Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan)

Jika memandang saja terlarang, tentu bersentuhan lebih terlarang karena godaannya tentu jauh lebih besar.

Salah Kaprah Dalam Bercinta
Tatkala adab-adab bergaul antara lawan jenis mulai pudar, luapan cinta yang bergolak dalam hati manusia pun menjadi tidak terkontrol lagi. Akhirnya, setan berhasil menjerat para remaja dalam ikatan maut yang dikenal dengan pacaran. Allah telah mengharamkan berbagai aktifitas yang dapat mengantarkan ke dalam perzinaan. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, Dan janganlah kamu mendekati zina, sesugguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-Isra: 32).

Lalu pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah menetapkan untuk anak adam bagiannya dari zina, yang pasti akan mengenainya. Zina mata adalah dengan memandang, zina lisan adalah dengan berbicara, sedangkan jiwa berkeinginan dan berangan-angan, lalu farji (kemaluan) yang akan membenarkan atau mendustakannya. (HR. Bukhari & Muslim).

Kalaulah kita ibaratkan zina adalah sebuah ruangan yang memiliki banyak pintu yang berlapis-lapis, maka orang yang berpacaran adalah orang yang telah memiliki semua kuncinya. Kapan saja ia bisa masuk. Bukankah saat berpacaran ia tidak lepas dari zina mata dengan bebas memandang? Bukankah dengan pacaran ia sering melembut-lembutkan suara di hadapan pacarnya? Bukankah orang yang berpacaran senantiasa memikirkan dan membayangkan keadaan pacarnya? Maka farjinya pun akan segera mengikutinya. Akhirnya penyesalan tinggallah penyesalan. Waktu tidaklah bisa dirayu untuk bisa kembali sehingga dirinya menjadi sosok yang masih suci dan belum ternodai. Setan pun bergembira atas keberhasilan usahanya.

Iblis, Sang Penyesat Ulung
Tentunya akan sulit bagi Iblis dan bala tentaranya untuk menggelincirkan sebagian orang sampai terjatuh ke dalam jurang pacaran gaya cipika-cipiki atau yang semodel dengan itu. Akan tetapi yang perlu kita ingat, bahwasanya Iblis telah bersumpah di hadapan Allah untuk menyesatkan semua manusia. Iblis berkata, Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya. (QS. Shaad: 82).

Termasuk di antara alat yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia adalah wanita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita. (HR. Bukhari & Muslim).

Kalaulah Iblis tidak berhasil merusak agama seseorang dengan menjerumuskan mereka ke dalam gaya pacaran cipika-cipiki, mungkin cukuplah bagi Iblis untuk bisa tertawa dengan membuat mereka berpacaran lewat telepon, SMS atau yang lainnya. Yang cukup menyedihkan, terkadang gaya pacaran seperti ini dibungkus dengan agama seperti dengan pura-pura bertanya tentang masalah agama kepada lawan jenisnya, miss called atau SMS pacarnya untuk bangun shalat tahajud dan lain-lain.

Ringkasnya sms-an dengan lawan jenis, bukan saudara dan bukan karena kebutuhan mendesak adalah haram dengan beberapa alasan: (a) ini adalah semi berdua-duaan, (b) buang-buang pulsa, dan (c) ini adalah jalan menuju perkara yang haram. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua untuk menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More